Wednesday, May 7, 2014

Asesmen Dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang membutuhkan perhatian dan perlakuan yang khusus  baik dari orangtua ataupun guru, untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh ABK pertama kali  kita harus melakukan asesmen untuk memperoleh informasi yang kongkrit tentang ABK.

Salah satu karakteristik dalam  penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu berorientasi kepada kebutuhan anak. Dalam upaya memahami kebutuhan ABK, seorang guru membutuhkan data yang akurat berkenaan dengan kebutuhan dan keterbatasan yang dihadapi.

A. Pengertian Asesmen
     Banyak para ahli pendidikan menjabarkan tentang pengertian asesmen diantaranya :
  • asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan berkaitan dengan pembelajaran anak, Rosenberg (Soendari dan Nani, 2010:4)
  • Asesmen adalah proses yang sistematis dalam mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi oleh seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sebenarnya dibutuhkan, McLoughlin & James (Soendari dan Nani, 2010:4)
  • Tjutju Soendari dan Euis Nani (2010) Asesmen merupakan proses pengumpulan data/informasi secara sistematis dan komprehensif tentang potensi individu yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun program dan memberikan layanan intervensi/pembelajaran setepat mungkin bagi perkembangan individu yang bersangkutan secara optimal
Menurut Moh. Amin (2005) perlunya asesmen dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus didasari oleh dua hal yaitu :
pertama , pada dasarnya tindakan asesmen merupakan tindak lanjut dari kegiatan deteksi. Pada kegiatan detiksi semata - mata hanya menelusuri keadaan perkembangan anak sehingga akhirnya dapat diduga anak tersebut diklasifikasikan sebagai anak berkebutuhan khusus.
kedua, perbedaan individu. Anak berkebutuhan khusus memiliki perbedaan - perbedaan individual, baik perbedaan inter individual yaitu perbedaan kemampuan  anak berkebutuhan khusus dengan teman - temanya yang sejenis, ataupun intra individual yaitu perbedaan kemampuan didalam anak berkebutuhan itu sendiri.
B. Tujuan Pelaksanaan Asesmen
   
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa asesmen dilakukan untuk memperoleh informasi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Moh. Amin (1995) mengemukakan bahwa tujuan asesmen diantaranya:
  1. Menyaring kemampuan anak berkebutuhan khusus;
  2. Untuk keperluan pengkalsifikasian, penempatan dan penemuan program pendidikan anak berkebutuhan khusus;
  3. Untuk menentukan arah atau tujuan pendidikan anak pendidikan serta kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
  4. Untuk mengembangkan program pendidikan yang diindividualisasikan yang dikenal dengan IEP (Individual Education Program).
  5. lingkungan belajar dan evaluasi belajar.
 Suhardi dan Sunaryo (2006) mengemukakan bahwa secara umum asesmen bermaksud untuk :
  1. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat, dan kompherhensif tentang anak berkebutuhan khusus.
  2. Mengetahui profil anak secara utuh,
  3. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam ranka menentukan kebutuhan -kebutuhan khusunya memonitor kemanjuanya.
C. Ruang Lingkup Asesmen

    Menurut Yusuf, M (Soendari dan Nani, 2010) asesmen terbagi menjadi dua jenis yaitu asesmen akademik dan asesmen perkembangan

Friday, May 2, 2014

Pentingya Mengetahui Karakter Berpikir Siswa Dalam Pembelajaran

Dalam anggapan masyarakat pada khusunya orang tua siswa, bahwa yang dikatakan anak pintar itu apabila anak kita itu memperoleh nilai besar pada seluruh mata pelajaran. Sehingga anak yang nilai mata pelajaran rendah dikatakan anak bodoh karena nilainya rendah,  nilai pelajaran selalu dijadikan tolak ukur tunggal dalam menilai kecerdasan anak.

Padahal nilai pelajaran bukanlah tolak ukur yang absolute karena tiap anak memiliki karakter berpikir yang berbeda, menurut Steberg (1985a, 1988)  ada tiga tipe karakter berpikir anak yaitu tipe analisis, kreatif dan praktis. Masing - masing tipe memiliki karakteristik yang berbeda, pengetahuan tentang tipe berpikir diperlukan agar kita dapat memberikan metode pembalajaran yang tepat kepada anak sesuai dengan karakternya.

Hal tersebut penting agar tujuan pembelajaran yang kita lakukan dapat tercapai dengan baik tanpa harus mengorbankan perasaan dan potensi yang dimiliki anak. Dalam pembelajaran kita selalu menyama ratakan kemampuan anak si A dan si B adalah sama sehingga kita mengunakan metode pembalajaran yang sama tanpa mempertimbangkan tipe karakter berpikir anak.

Menurut hasil penelitian Steberg (1985a, 1988, 1996), menyatakan bahwa itelejensi manusia melibatkan kemapuan analisis, kreatif dan praktis, berikut tabel karakteristik beripikir anak menurut Steberg:


KARAKTERISTIK BERPIKIR ANAK
ANALIS
KREATIF
PRAKTIS
Rangking Kelas Tinggi
Rangking kelas menengah sampai bawah
Rangking kelas menengah sampai bawah
Hasil Ulangan Tinggi
Hasil ulangan menengah
Hasil ulangan menengah sampai rendah
Disenangi disekolah
Merasa terbatasi dilingkungan sekolah
Merasa bosan disekolah
Disenagi guru
Merasa tersakiti oleh guru
Terlihat  tidak harmonis/nyambung dengan guru
Mengikuti Aturan yang ada disekolah
Tidak senang mengikuti aturan yang ada disekolah
Tidak senang mengikuti aturan yang ada disekolah
Melihat kekurangan pendapat dari orang lain
Suka membuat ide
Suka menjalankan ide secara pragmatis
Kritikus
Pembuat ide yang alami
Pimikir alami
Senang memberi perintah
Senang mengatur diri
Senang menemukan jati diri dalam kegiatan