Ilmu psikologi adalah ilmu yang
membahas manusia dari sisi kejiwaan (psikis). Masalah psikologi adalah salah
satu masalah yang banyak diteliti dan dibahas dalam kehidupan manusia, hal
tersebut dilakukan karena manusia bersifat dinamis dan berkembang mengikuti
perkembangan yang terjadi.
Dimana dari satu generasi
kegenarasi berikutnya manusia terus melakukan ekplorasi terhadap pontensi yang
dimiliki sehingga manusia dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik dan lebih mudah dibandingkan
dengan generasi sebelumnya. Ditinjau dari psikologi manusia dapat dikatakan sebagai individu yang integral (terkait) satu
dengan yang lainya serta memiliki
karaktersistik masing – masing.
Karakteristik adalah sifat individu yang membentuk kepribadian yang menjadi
identitas individu tersebut yang menjadi
penanda keberadaan individu tersebut diantara individu yang lainya. Secara
kodrati manusia menyandang dua kepripadian yaitu manusia sebagai individu dan
manusia sebagai mahluk sosial, sebagai individu manusia bersifat egosentris
dalam artian manusia akan lebih memperhatikan dan mementingkan kebutuahan
dirinya, hal tersebut terjadi karena manusia terlahir dengan karakteristik yang
unik dan memiliki kemerdekaan sedangkan sebagai mahluk sosial manusia merupakan
individu yang tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi kebutahanya karena
manusia memiliki keterbatasan yang hanya dapat dikuatkan dari bantuan individu
yang lainya.
Integrasi yang dilakukan
oleh individu dalam memenuhi kebutuhanya
memaksa individu membentuk kelompok, seiring dengan berkembangnya waktu
kelompok yang terbentuk terus bertambah jumlahnya dengan karakteristik yang
berbeda – beda, karakteristik yang dimiliki antar kelompok berkembang menjadi
sebuah budaya, budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh sekelompok
individu yang menjadi karakter (sifat) atau identitas kelompok tersebut dengan
kelompok lainya.
Budaya merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan manusia hal tersebut dapat kita lihat bagaimana budaya
menjadi bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan manusia, pada artikel kali
ini kita akan membahas psikologi dalam budaya Sunda.
Seperti telah dikemukaan
sebelumnya bahwa masalah psikologi adalah salah satu masalah yang banyak
diteliti dan dibahas dalam kehidupan manusia, maka hal tersebut menandakan
psikologi merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia di berbagai
belahan dunia termasuk di nusantara.
Masalah psikologi sebenarnya
bukanlah masalah yang asing bagi masayarakat nusantara terutama masyarakat suku
Sunda. Hanya saja masyarakat Sunda jaman dulu tidak menggunakan istilah
psikologi karena istilah psikologi merupakan istilah serapan dari bahasa asing.
Karakter Suku Sunda
Untuk dapat mengetahui psikologi
dalam budaya Sunda maka terlebih dahulu kita harus mengenal
karakter masyarakat suku Sunda. Secara karakteristik masyarakat suku Sunda
merupakan masyarakat yang memiliki karakter sopan santun hal tersebut ditandai dengan beragamnya
kosa kata yang memiliki makna sama dalam bahasa Sunda, pengunaan kosa kata dalam bahaaaasa Subda didasarkan pada kontek
yang dihadapi misalkan kita menawari makan seseorang untuk makan bersama dalam bahasa Indonesia kita tidak menggunakan
kosa kata yang berbeda dalam menawari seseorang apakah orang yang kita ajak makan
itu usianya lebih tua dari kita, sebaya atau usianya dibawah kita, kita tetap mengunakan kata makan bagi orang yang
kita ajak.
Berbeda dengan bahasa Sunda
ajakan makan mengunakan kosa kata yang berbeda dengan makna yang sama,
penggunaan kosa kata berbeda dilakukan dengan tujuan sebagai bentuk penghormatan
terhadap orang yang diajak disesuaikan dengan usia orang yang kita ajak,
mengajak makan untuk orang yang usianya lebih tinggi maka masyarakat Sunda
menggunakan kata tuang (makan), untuk
mengajak makan orang yang usianya sama atau sebaya dengan kata menggunakan kata
dahar (makan) dan untuk mengajak
makan orang usianya lebih muda mengunakan kata emam (makan).
Pengunaan kosa kata berdasarkan
kontek/usia yang dihadapi dalam bahasa Sunda merupakan pertanda bahwa secara
karakteristik masyarakat suku Sunda begitu memperhatikan masalah kejiwaan
sebagai hal yang penting bagi manusia.
Masyarakat suku Sunda selalu berusaha menempatkan individu sesuai dengan
keadaanya hal tersebut penting dilakukan agar terciptanya kesimbangan didalam
masyarakat suku Sunda sehingga tatanan kehidupan dapat berjalan dengan baik
tanpa teganggu oleh konflik batin yang dialami oleh anggotanya.
Pola Pikir Masyarakat Sunda
Pola pikir masayarakat suku Sunda
dalam memaknai segala sesuatu yang ada disekelilinnya disandarkan pada kata kirata
(dikira-kira tapi karasa) yang apabila
kita terjemahkan kedalam bahasa Indonesia berbunyi dikira-kira tapi
terasa. Walapupun kata kirata terkesan nyelenah dan asal – asalan tidak berarti pola pikir masayarakat suku Sunda
demikian, pemikiran masyarakat suku Sunda berpikir berdasarkan asal usul sesuatu yang ada disekelilingnya hal
tersebut terlihat dari kebiasaan masyarakat suku sunda dalam memberi nama
seperti nama makanan cireng singkatan dari aci digoreng, cilok singkatan dari
aci dicolok, comro singkatan dari ocomdi jero dan sebagainya.
Filosifi Masyarakat Sunda
Seperti telah dibahas sebelumnya
bahwa masyarakat suku Sunda sangat menjungjung
tinggi perasaan orang yang ada disekelilingya hal tersebut merupakan
warisan turun temurun dari orang tua sebelumnya dasar tersebut diajarkan dengan
ajaran “dibeuweung diutahkeun” dalam bahasa Indonesia bermakna dikunyah
baru dimuntahkan ajaran tersebut mengajarkan bahwa sebelum kita menyapaikan
sesuatu kepada orang lain maka terlebih dahulu masyarakat suku Sunda harus
mempertimbangkan apa yang akan di sampaikan kepada orang tersebut , apakah hal
tersebut akan menyakiti, menyinggung perasaan orang yang akan kita tuju atau tidak.
Segala sesuatu yang berkenaan
dengan perasaan orang lain terlebih dahulu harus diuji berdasarkan perasaan
yang kita miliki sehingga tidak menimbulkan permasalahan ketika hal tersebut
disampaikan.
Pola Kepemimpinan
Dalam pola kepemimpinan di
masyarakat suku Sunda pemimpin harus bersifat “liat tali leles jejer” maksudnya adalah bahwa pemimpin harus memiliki
ideologi yang kuat dengan sikap tidak mudah menyerah dan mampu menghadapi orang yang dihadapi sesuai
dengan karakternya dan “pindah cai pindah tampian” maksudnya bahwa dimanapun pemimpin tersebut berada harus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan dia berada.
No comments:
Post a Comment