Aku tidak tahu apa yang harus aku
tuliskan pada artikel ini. Banyak hal yang dulu aku pikirkan secara bergebu –
gebu dan kuharap ide – ide ku menjadi ide yang hebat, brilian dan menjadi
solusi yan tepat untuk segala permasalahan yang ada.
Yang aku rasakan saat ini semakin
berteori maka semakin permasalahan tumbuh subur. Banyak orang yang ingin
didengar dan ditanggapi dan merasa pendapat atau teori yang mereka cetuskan
merupakan jalan terbaik bagi seluruh orang yang ada disekelilingnya, karena
kita selalu menganggap bahwa pendapat atau teori kita telah teruji dan
terbukti.
Lain kepala lain isi, lain lidah
lain rasa, semua orang memiliki pandangan dan perasaannya sendiri – sendiri,
bagaikan untaian benang yang saling terikat satu dengan yang lainya membentuk suatu
bentuk yang tidak berbentuk. Keterikatan benang pandangan antar manusia
mengikat manusia dalam satu kungkungan semu yang tidak menghasilkan apa – apa
dalam kehidupan manusia.
Teori – teori yang bermunculan
dengan segala pencerahan yang ada didalamnya menjadi partamorgana yang semakin
membuat kehidpuan manusia semakin tidak berarah dan tidak pasti, tolak ukur
semakin tidak jelas, arti kebahagian menjadi semakin tidak dirasakan dan
dimengerti. Pemikiran – pemikiran moderen semakin menyesatkan manusia dalam
labirin yang semakin tak berujung.
Pemikiran primtif yang kuno dan
sederhana menuntun manusia kedalam kehidupan yang serba terbatas segala
seesuatu harus dilakukan dengan kerja keras dan waktu yang lama, yang mungkin
pada saat ini kita anggap sebagai sesuatu yang menyusahkan dan tidak memiliki
keguanaan bagi kehidupan manusia. Walaupun berat dan menyusahkan pemikiran
primitif membuat kehidupan manusia menjadi lebih sederhana dan lebih menentu,
dalam pikiran manusia primitif kehidupan mereka hanya fokus kepada bagaimana
mereka dapat memenuhi kebutuhan jasmani, tanpa terjebak oleh prestise
kehidupan.
Dan apabila direnungkan inti dari
tujuan kehidupan manusia baik perorangan maupun kelompok sangat sederhana yaitu
manusia selalu ingin mendapatkan yang mereka inginkan dan butuhkan, sehingga
untuk mencapai hal tersebut manusia melakukan berbagai hal baik berupa
pemikiran ataupun tindakan. Akan tetapi semua yang dilakukan oleh manusia
bagaikan mengejar bayangan diri sendiri, ketika kita kejar bayangan diri kitapun
ikut berlari, kita berhenti bayangan pun
ikut berheti.
Kita bagaikan terjebak dalam
lingkaran yang tidak memiliki pangkal dan ujung, memaksa kita terus berlari
tanpa tempat finis dan hal tersebut kita wariskan turun temurun kegenerasi
selanjuntnya. Walaupun dalam berbagai ajaran agama tujuan dan tempat finis
kehidupan manusia sudah ditentukan berdasarkan firman Tuhan dalam kitab suci
masing – masing agama.
Manusia selalu mengingkari dan
mencari – cari tujuan hidupnya sendiri – diri berdasarkan apa yang telah
dialami. Aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan dalam hidup ini semakin kucari semakin membawa diri ini kedalam
kebingungan.