Monday, April 28, 2014

Kosong



Aku tidak tahu apa yang harus aku tuliskan pada artikel ini. Banyak hal yang dulu aku pikirkan secara bergebu – gebu dan kuharap ide – ide ku menjadi ide yang hebat, brilian dan menjadi solusi yan tepat untuk segala permasalahan yang ada.

Yang aku rasakan saat ini semakin berteori maka semakin permasalahan tumbuh subur. Banyak orang yang ingin didengar dan ditanggapi dan merasa pendapat atau teori yang mereka cetuskan merupakan jalan terbaik bagi seluruh orang yang ada disekelilingnya, karena kita selalu menganggap bahwa pendapat atau teori kita telah teruji dan terbukti.

Lain kepala lain isi, lain lidah lain rasa, semua orang memiliki pandangan dan perasaannya sendiri – sendiri, bagaikan untaian benang yang saling terikat satu dengan yang lainya membentuk suatu bentuk yang tidak berbentuk. Keterikatan benang pandangan antar manusia mengikat manusia dalam satu kungkungan semu yang tidak menghasilkan apa – apa dalam kehidupan manusia.

Teori – teori yang bermunculan dengan segala pencerahan yang ada didalamnya menjadi partamorgana yang semakin membuat kehidpuan manusia semakin tidak berarah dan tidak pasti, tolak ukur semakin tidak jelas, arti kebahagian menjadi semakin tidak dirasakan dan dimengerti. Pemikiran – pemikiran moderen semakin menyesatkan manusia dalam labirin yang semakin tak berujung.

Pemikiran primtif yang kuno dan sederhana menuntun manusia kedalam kehidupan yang serba terbatas segala seesuatu harus dilakukan dengan kerja keras dan waktu yang lama, yang mungkin pada saat ini kita anggap sebagai sesuatu yang menyusahkan dan tidak memiliki keguanaan bagi kehidupan manusia. Walaupun berat dan menyusahkan pemikiran primitif membuat kehidupan manusia menjadi lebih sederhana dan lebih menentu, dalam pikiran manusia primitif kehidupan mereka hanya fokus kepada bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhan jasmani, tanpa terjebak oleh prestise kehidupan.

Dan apabila direnungkan inti dari tujuan kehidupan manusia baik perorangan maupun kelompok sangat sederhana yaitu manusia selalu ingin mendapatkan yang mereka inginkan dan butuhkan, sehingga untuk mencapai hal tersebut manusia melakukan berbagai hal baik berupa pemikiran ataupun tindakan. Akan tetapi semua yang dilakukan oleh manusia bagaikan mengejar bayangan diri sendiri, ketika kita kejar bayangan diri kitapun ikut  berlari, kita berhenti bayangan pun ikut berheti.
Kita bagaikan terjebak dalam lingkaran yang tidak memiliki pangkal dan ujung, memaksa kita terus berlari tanpa tempat finis dan hal tersebut kita wariskan turun temurun kegenerasi selanjuntnya. Walaupun dalam berbagai ajaran agama tujuan dan tempat finis kehidupan manusia sudah ditentukan berdasarkan firman Tuhan dalam kitab suci masing – masing agama.

Manusia selalu mengingkari dan mencari – cari tujuan hidupnya sendiri – diri berdasarkan apa yang telah dialami.  Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dalam hidup ini semakin kucari semakin membawa diri ini kedalam kebingungan.

No comments:

Post a Comment